kenali lebih jauh

Jumat, 15 Juli 2016

Belajar dari Keruntuhan Nokia: Zona Nyaman Tak Selamanya Aman


Siapa tak kenal Nokia. Raksasa Telekomunikasi dunia yang hampir satu dekade menguasai pangsa pasar telepon genggam di Indonesia, bahkan dunia. Ponsel yang sempat hits di awal tahun 2000an ini, dalam waktu singkat lenyap, kehilangan taringnya. Dalam hitungan bulan, samsung, orang lama di dunia telekomunikasi, menggeser nokia, dan menjelma menjadi raksasa telekomunikasi saat ini. Hingga akhirnya perusahaan ini resmi dibeli oleh Microsoft dengan harga miring, 7,2 miliar dolar AS atau setara 79 triliun rupiah. Apa yang salah dengan nokia?

CEO Nokia, Stephen Elop mungkin tak berbuat salah yang menyebabkan perusahaan besar ini runtuh seketika. Tetapi, tidak berbuat apa-apa juga bukan berarti dibenarkan. Ketika Apple mengeluarkan iPhone pada tahun 2007, kemudian operation system bergeliat pada Android dan Blackberry OS, Nokia masih nyaman pada symbian, OS pendampingnya sejak lama. Ketika vendor lain mulai menawarkan kecanggihan tiada tara, nokia masih berkutat pada zona nyamannya yang menawarkan kemudahan dalam penggunaan dan baterai yang tahan lama. Respon lambat Nokia dengan menggandeng Microsoft sebagai operation system juga tak banyak membantu. Microsoft yang saat itu masih sangat primitif tidak mampu menarik minat pasar yang tergiur akan kemampuan android. Dan bimsalabim, raksasa nokia, berubah menjadi rakyat jelata di dunia ponsel.

Mari ke pokok masalah. Penulis bukan ahli teknologi yang selalu tahu informasi terkini tentang dunia telekomunikasi. Nokia hanya menjadi dasar perbincangan di tulisan ini, yaitu zona nyaman. Belajar dari apa yang terjadi pada nokia. Kerap kali begitulah manusia, termasuk saya di dalamnya. Tidakkah sering kali kita begitu nyaman dengan kondisi kita sekarang, tanpa ada usaha untuk maju, atau minimal berubah. Tak menyalahkan. Setiap orang hidup untuk bahagia, dan zona nyamannya sudah cukup menawarkan kebahagiaan. Untuk apa keluar, kalau kita tidak yakin itu akan lebih baik. Begitulah kiranya pandangan banyak orang tentang hidup. Mensyukuri apa yang ada mungkin menjadi salah satu alasannya juga. Ya, tidak sepenuhnya salah.

Lalu, kenapa harus keluar dari zona nyaman? Karena anda tidak hidup sendiri, dan hidup adalah kompetisi. Mari keluar dari mindset bahwa kompetisi adalah sebatas lomba, atau persaingan antara orang dalam suatu bidang. Kompetisi dalam kehidupan yang sesungguhnya adalah kompetisi dalam melawan diri sendiri. Melawan rasa cepat puas tidaklah mudah. Apalagi ketika semua target sudah tercapai. Sama seperti yang terjadi pada nokia. Ketika berada di atas, dan semua rasanya telah dicapai, mereka memilih bergerak lambat, bahkan cenderung diam. Sedangkan vendor yang lain bergerak cepat, berproses untuk mencapai posisi yang lebih tinggi. Demikian juga di kehidupan kita. Ketika anda memilih diam berada di zona nyaman anda, banyak orang sedang berprose untuk melampaui anda. Dan sama dengan nokia, anda tersungkur.

Manusia dihadapkan pada dua pilihan. Diam dan menikmati apa yang sudah ada ditangan atau keluar, tanpa tahu di luar akan jadi lebih baik atau buruk. Dan sayangnya kebanyakan pasti memilih diam, saya salah satunya. Keluar dari zona nyaman, artinya kita berproses. Berusaha berubah, berusaha memperbaiki diri. Bagaimana kalau gagal? dan malah menyebabkan kita kehilangan zona nyaman kita? Itulah resiko. Dan memang kita hidup di dunia yang dipenuhi dengan resiko. Tapi percayalah, bahwa manusia tidak akan pernah belajar, jika dia memilih untuk diam di zona nyamannya. Manusia tidk akan bisa berproses ketika dia memilih untuk dia dan puas dengan keadaannya sekarang. Bukan bermaksud mengajarkan untuk tidak bersyukur. Namun Tuhan tentu juga mengajarkan kita untuk selalu memperbaiki diri.

Di akhir tulisan yang singkat ini, penulis mengajak semuanya untuk berproses bersama. Tetaplah bergerak, tetaplah berusaha memperbaiki diri menjadi lebih baik. Keluarlah dari zona nyaman, dan biarkan mimpi-mimpi dan target-target membawamu terus bergerak. Karena pada dasarnya hidup itu seperti sebuah sepeda. Untuk membuatnya tidak terjatuh, anda harus mengayuhnya terus menerus. Semangat Berproses!!

WAR, 15072016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar