Setelah sekian lama vakum menulis, akhirnya penulis membuka lagi blognya yang tampak sudah seperti prasasti, usang dan berdebu. hari ini penulis akan posting sedikit hal-hal yang berbau serius. Sekali-sekali tak apalah. Tujuannya sebenarnya sedikit untuk mengedukasi pembaca tentang bidang ilmu penulis. Bagi yang baru membaca blog ini, sekedar informasi, penulis adalah seorang dokter yang mungkin salah jurusan hahaha. Sekarang penulis sedang fokus pada bidang ilmu THT-KL (Telinga, Hidung, Tenggorokan, Kepala dan Leher). Kenapa? Gak ada alasan khusus, cuma iseng aja. Artikel ini sebenarnya sudah di terbitkan oleh penulis di harian Fajar Bali edisi 27 Januari 2017.
Telinga
adalah organ tubuh manusia yang memiliki peran sebagai indera pendengaran serta
fungsi menjaga keseimbangan. Telinga terbagi menjadi 3 bagian, yaitu telinga luar
yang terdiri atas daun telinga, liang telinga, dan gendang telinga; telinga
tengah yang terdiri dari tulang-tulang pendengaran dan tuba eusthacius yang
menghubungkan telinga dengan hidung dan tenggorok; serta telinga dalam yang
berisikan rumah siput sebagai bagian yang penting dalam proses pendengaran
manusia. Sama halnya dengan organ lainnya, telinga juga membutuhkan perawatan
untuk mendapatkan fungsinya secara optimal. Pengetahuan yang kurang tentang
perawatan telinga, khususnya cara membersihkan telinga yang tepat dapat menyebabkan
terganggunya fungsi vital telinga.
Kotoran
telinga adalah substansi lengket berwarna kekuningan sampai coklat, yang ada di
liang telinga. Substansi ini adalah produksi alami dari kelenjar minyak dan
modifikasi kelenjar keringat di dalam telinga yang justru sebenarnya berfungsi
melindungi telinga. Kotoran telinga berperan memerangkap debu, mencegah
masuknya benda asing seperti serangga ke dalam telinga, membersihkan gendang
telinga serta berfungsi sebagai anti bakteri dan anti jamur. Telinga memiliki
mekanisme sendiri untuk membersihkan diri dari kotoran. Gerakan menguyah saat makan,
dan menguap merupakan mekanisme yang menggerakkan kotoran keluar dari liang
telinga. Kotoran telinga sebenarnya tidak akan menyebabkan gangguan jika berada
pada kadar yang tepat. Namun pada beberapa orang, produksi kotoran telinganya
berlebihan, sehingga menimbulkan gangguan seperti gatal, rasa tersumbat, hingga
terganggunya fungsi pendengaran. Lalu bagaimana cara membersihkan telinga yang
tepat?
Pada
dasarnya kotoran telinga dalam keadaan normal tidak perlu dibersihkan, karena
telinga dapat mengeluarkan kotoran telinga secara rutin melalui gerakan
mengunyah dan menguap. Pemahaman yang kurang menyebabkan orang sering kali
melakukan pembersihan telinga yang tidak tepat yang malah menyebabkan masalah
baru. Penggunaan cotton bud, lidi
yang dilapisi kapas, klip kertas, jepit rambut atau barang-barang lainnya untuk
membersihkan telinga justru berisiko merusak saluran atau gendang telinga.
Selain itu, alih-alih berhasil dikeluarkan, kotoran telinga dapat berisiko
makin mengendap di saluran telinga, yang malah menyebabkan masalah yang lebih
besar seperti terdesaknya gendang telinga, gangguan fungsi pendengaran dan rasa
tidak nyaman pada liang telinga.
Penggunaan
cotton bud sendiri secara rutin
sering menyebabkan lecet, robekan dan iritasi pada liang telinga yang dapat
menimbulkan infeksi pada telinga luar. Pada banyak kasus, penggunaan cotton bud secara tidak baik menyebabkan
kapas tertinggal di dalam telinga sehingga perlu penanganan khusus ke dokter
untuk mengeluarkannya. Memasukkan cotton
bud terlalu dalam juga kerap menyebabkan robeknya gendang telinga yang
selanjutnya mengurangi fungsi pendengaran.
Penggunaan
cotton bud untuk membersihkan telinga
hanya disarankan pada daun telinga dan bagian terluar liang telinga yang dekat
dengan daun telinga. Tidak disarankan membersihkan telinga sendiri, karena
dapat menyebabkan cotton bud masuk
terlalu dalam. Kotoran telinga yang sudah tampak di luar dapat dikeluarkan
dengan cotton bud, dengan meminta
bantuan kepada orang terdekat. Tidak disarankan juga menggunakan benda-benda
berbahaya untuk mengorek telinga seperti batang korek api, bulu ayam, pensil
atau alat tulis lain, serta benda-benda logam seperti jepit rambut, peniti atau
kunci. Idealnya membersihkan telinga
cukup 2- 3 kali setahun. Periksakan telinga ke dokter THT setiap 6 bulan untuk
melihat ada tidaknya penumpukan kotoran telinga, atau jika telinga terasa tidak
nyaman.
Kotoran telinga
bukanlah penyakit. Pemahaman yang tepat tentang cara membersihkan telinga akan
membuat telinga dapat berfungsi secara optimal. Mari menjaga kesehatan telinga
dengan membersihkan kotoran telinga dengan tepat. Tepat waktunya, tepat alatnya
dan juga tepat caranya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar